Mengenai Saya

Foto saya
Malang, Jawa Timur, Indonesia

Senin, 31 Januari 2011

Aku ingin dia.

Bercerita dengan malam yang syahdu. Aku mengukir kembali sedikit kisah perjalanan kita malam itu. Diammu membuatku merasa betapa dirimu begitu istimewa. Aku selalu terpaku dengan indahnya sorotan matamu, senyum tipismu, dan candamu yang kadang membuatku bingun harus bagaimana. Kadang kita terdiam tak tahu apa yang harus dibicarakan, kadang juga kita tertawa dan sedikit kompak. Aku rindu malam itu, aku ingin kembali pada malam itu.
Waktu memang sedang tidak bersahabat, kita bersama hanya sementara. Mungkin semuanya tidak begitu istemewa bagimu, namun tidak bagiku. Aku akan selalu menyimpan memori itu dalam diary hidupku. Singkatnya perjalanan waktu itu membuatku sedih, aku harus berpisah denganmu. Malam itu adalah kedua kalinya kita bertemu dan berpisah, ingatkah dirimu?
Setelah perpisahan itu aku kembali terpaku. Berdiri ditengah keramaian, tak tahu mau berbuat apa, aku resah. Malam itu bulan menampakan dirinya, mungkin dia tahu aku butuh teman untuk bercerita. Aku duduk dan menatap bulan, tanpa kusadari mataku mulai berkaca-kaca. Bulan aku jatuh cinta, aku ingin dia. Di malam itu pertama kali aku merasakan hatiku berdetak kencang hanya karena menyebut namanya, cepat kuhapus air mataku dan berdiri kembali. Bulan seolah tersenyum, dalam hayalku bulan tahu penyebab  mengapa aku meneteskan air mata. Aku malu dengan tingkahku.
Langkahku gontai, mengingat disampingku tidak ada dia. Malam itu aku jatuh cinta padanya. Hingga saat ini waktu belum menghapus rasa itu. Pintaku semoga ketulusan ini akan dia rasakan suatu saat  nanti. Aku  mau dirinya tahu sebelum aku merasa jenuh dalam penantian.  Aku ingin dia di hidupku.
Terkadang aku memang naif, mencoba tidak mengakui. Sebab aku takut, aku menjadi perempuan yang tak sepantasnya mengakui rasa cintanya terlebih dahulu. Walau sering buku harianku penuh tentang dirinya, namun aku tak pernah mengatakan kepada siapapun. Aku malu, mungkin karena ini adalah pertama kali aku jatuh cinta. Aku belum terbiasa bagaimana aku harus menunjukan rasa sukaku, dan bagaimana aku menyampaikan padanya bahwa aku ingin dia. Yang aku tahu, aku jatuh cinta dan aku menginginkannya. Rasanya dada ini sesak lantaran terus terisi oleh dirinya. Pikiranku selalu kalu sebab dia selalu terlintas setiap saat. Emosikupun menjadi tak menentu, kadang marah-marah dan tiba tersenyum sendiri. Aku seperti orang gila, hanya karena mengingat-ingat dirinya. 
Aku tidak tahu bagaimana harus menyampaikan kepadanya, bahwa aku sangat menginginkannya. Lewat tulisan aku merasa sedikit lega, dan malam ini suasana begitu berpihak padaku. Bulan menampakan dirinya, kucing yang biasanya mengeong tidak terdengan suaranya, angin yang bisanya kencang meniup pepohonan di depan kamar tiba-tiba menjadi hening. Terima kasih Tuhan malam ini kau mendekapku dalam senyanya malamMu. Aku bisa bercerita dengan tangis, senyum, dan tawa. Aku meneteskan sedikit air mataku malam ini, tak seperti biasanya. Mungkinkah rasa ini mulai tak terbendung Tuhan? Tolonglah aku, aku tidak mau menjadi hambaMu yang bodoh karena cinta. Aku tak mau terjebak dalam cinta yang kekanak-kanakan. Aku tidak siap jika cintaku adalah mainan takdir, karena aku selalu percaya dia adalah orang yang selama aku dambakan.
Apa yang aku ingingkan tentang seorang laki-laki ada pada dirinya. Dia begitu sempurna dihadapanku, walau entah bagaimana aku dihadapannya. Takdir memang kuasaMu Tuhan, namun bukankah Kau juga mempersilahkan hambaMu untuk mencapai takdir terbaiknya. Aku ingin dia menjadi takdirku dalam perjalanan kisah cintaku. Tuhan, aku begitu menginginkannya. 
Malam semakin larut, pikiranku semakin jauh tentangnya. Namun aku berusaha untuk tidak terbuai dengan rasaku sendiri. Biar waktu yang menahkodai alur kisahku, sebab hanya waktu yang tau apa yang akan terjadi di akhir cerita cintaku. Aku merasa lega bisa bercerita dengan malam, syahdu tak ada yang mengganggu. Semua tertulis dengan senyum dan tangis. Aku bahagia Tuhan, malam ini dia menemaniku dalam memory.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar